Beberapa waktu lalu saya sempat makan siang bersama salah satu junior saya semasa kuliah. Sebelumnya saya tak pernah sedekat ini ngobrol dengannya. Selama ini mungkin hanya sekedar say hello atau ngobrol ringan sambil ber-hahahihi. Menurut data yang tersimpan di memori otak saya, adik kelas saya ini adalah seorang gadis yang sangat manja, sombong, egois, dan menyebalkan. Semua opini yang tertanam di pikiran saya itu semuanya saya dapat dari cerita yang banyak beredar di kampus.
Sejak si gadis ini masuk sebagai mahasiswa baru, sudah banyak rumor tak sedap yang bermunculan. Dia yang kata orang telah menjadi "sandungan" salah satu proker di kampus, sering menjadi bahan obrolan publik, yah, termasuk saya. Saya hampir tidak pernah mendengar hal yang baik tentang si gadis. Lama kelamaan rumor-rumor itu tenggelam dengan sendirinya. Time heals. Tapi tetap saja, pandangan saya pada si gadis masih tentang kesombongan dan sifat manjanya. Sampai pada hari itu saya bisa lama ngobrol dengan si gadis, saya jadi sedikit mengenal dia. Di akhir 90 menit saya bersama dia, seketika luntur semua pandangan buruk saya tentangnya. Saya baru menyadari bahwa ternyata dia orang yang baik dan jauh dari sombong. Yah, maafkanlah saya sudah bersu'udzon padamu selama ini.
Saya tidak tahu apakah si gadis sudah berubah atau memang ada yang salah dengan telinga saya selama ini. Kalau saya simpulkan sendiri, mungkin telinga saya yang tak bisa "mendengar" dengan baik. Telinga saya masih belum bisa menyaring apa saja yang masuk ke dalamnya. Kadang hal-hal buruk memang terasa lebih renyah untuk didengarkan, dan sepertinya telinga saya masih sulit menolaknya. Kabar yang jelas-jelas tidak jelas pun saya masih sering percaya. Ckckck.
"Dan yang paling bisa dipercaya adalah indra kita sendiri.."
No comments:
Post a Comment