Monday, May 26, 2014

Sebuah Pertanyaan di Sore Hari

Kata orang saya sering memberikan kritik yang pedas, atau semacam kata-kata yang tidak manis. Sepertinya begitu. Namun, bukan berarti saya selalu menilai buruk. Toh, kalau memang bagus, saya tidak pernah ragu untuk mengacungkan kedua jempol. 

Di siang hari yang biasa ini, saya melihat seorang kawan menunjukkan kelebihannya di hadapan saya dan kawan-kawan yang lain. Kelebihan yang saya yakin tidak sembarang orang punya. Kelebihan yang membuat saya mengangkat topi. Sendiri. Rupanya orang-orang di depan saya ini memilih untuk bersikap naif, merasa tidak ada yang layak diapresiasi. Bahkan tidak untuk sebatas menyematkan sedikit pujian. Karena menurut saya, memberi apresiasi pada seseorang tidak semena-mena akan menjatuhkan harga diri saya. Kalau memang mengesankan, saya rela berdiri dengan tepukan tangan yang keras, setidaknya untuk sekedar memberi penghargaan kecil. Paling tidak, dengan itu saya tidak menutup mata bahwa masih banyak orang hebat di luar sana. Menampar diri saya sendiri yang hanya berkutat itu-itu saja.

Kenapa di saat ada yang buruk, kritikan pedas datang bertubi-tubi, atas nama saran dan kepedulian. Tapi saat ada yang baik, seperti menutup mata, menganggap biasa. Yah, itu urusan masing-masing orang. Daripada saya berpikir macam-macam, lebih baik saya pulang

Di atas kasur saya yang rendah, saya merebahkan punggung. Samar-samar terdengar lagu milik Tim McGraw dari pemutar musik saya. Dan hanya dalam sepenggalan bait lagu, saya pun tertidur. Menggantungkan begitu saja pertanyaan saya sore hari ini. Nanti juga lupa.

"The highway won't hold you tonight
The highway don't know you're alive
The highway don't care if you're all alone
But I do, I do.."