Gara-gara melihat foto ala prewed milik Fauzi dan Dini di Pantai Goa Cina, saya jadi ngiler ingin ke sana. Dengan berkedok menghadiri syukuran di rumah Arif, saya memutuskan untuk menyambangi pantai di ujung Kabupaten Malang itu bersama teman-teman kuliah. Bersepuluh, kami berangkat pukul 9 pagi dari rumah Arif. Pantai Goa Cina terletak di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, memiliki arah yang hampir sama dengan Sendang Biru. Sepanjang jalan yang berkelok-kelok, mata kami disuguhi pemandangan yang cukup segar dibandingkan jajaran gedung tinggi yang berimpit di Surabaya. Mendekati pantai, kami bertemu dengan jalan berbatu yang naik turun sepanjang 900 meter. Dengan tidak memperhitungkan sejauh apa 900 meter itu, saya turun dari motor dan mencoba berjalan kaki. Baru 50 meter melangkah sudah membuat nafas saya tersengal. Ya sudahlah, dengan mengesampingkan gengsi, saya kembali naik ke boncengan motor salah satu teman saya dan duduk manis saja sepanjang jalan berbatu.
Sampai di Pantai Goa Cina, matahari sudah sangat tinggi. Cuaca terik, pasir putih, dan air laut yang bening, benar-benar favorit saya. Dengan berlatar batuan-batuan besar di tengah laut, kami menghabiskan waktu untuk berfoto. Batuan yang tampak hijau berlumut berjajar di sepanjang perbatasan pasir dan air laut. Dan, di bawah pohon kelapa, dengan semilir angin laut yang segar, ditemani keripik kentang dan minuman rasa buah, tepi laut menjadi sangat menarik.
|
Foto fultim, ki ke ka: saya, Hadi, Waba, Dani, Bayu dewe, Jimmi, Paundra, Arif, Mbak Atim, Mbak Mimin |
|
Sepi dan bersih, saya suka |
|
Goa Cina, panas sekali bukan? |
Puas menjejaki pasir Pantai Goa Cina yang panas, kami beranjak ke tujuan berikutnya, Pantai Bajul Mati. Melewati jembatan Bajul Mati yang cukup terkenal, pantai berikutnya ditempuh dalam 30 menit saja. Kami segera menuju warung ikan bakar yang berderet di sepanjang pantai. Sialnya, dari sekian banyak warung, semuanya sedang kehabisan stok ikan. Sigh! Alhasil, kami hanya bisa memesan Indomie goreng dan nasi putih. Melas.
Bajul Mati memang tidak sebagus Goa Cina, tapi pantainya yang lebih landai membuat saya betah berlama-lama bermain air di sana. Waktu berjalan sangat cepat oleh kelakar teman-teman yang membuat perut saya kram menahan tertawa. Pasir pantai memang ajaib, bisa membuat Hadi dan Dani yang "alim" ikut ber-
gangnam style bersama-sama di atasnya. Ada sedikit perasaan tidak rela saat harus membersihkan diri ketika matahari mulai merendah. Akhirnya, dengan ditemani gerimis di sore hari, iring-iringan motor kami pergi menjauhi pantai, menuju rumah Arif, untuk kembali ke aktivitas di Surabaya esok paginya.
|
Ini yang membuat saya menyukai tempat ini |
Ya, pantai berpasir putih dan kawan lama adalah kompilasi yang tidak pernah membosankan. Dalam satuan memori, ada banyak hal di hari itu yang membuat saya selalu mengingat teman-teman saya. Dan, jika ada yang menuduh saya menyembunyikan celana Waba sore itu, "Percayalah Wab, aku tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu. Hahaha". Ah, saya jadi rindu berlibur dengan teman-teman lama. Yuk, keluarkan kamera (yang sepertinya sudah lama tidak terpakai) dan mulai berlibur!