Surabaya panas sekali, jauh lebih
panas dibandingkan dulu saat saya masih sering main di halaman rumah om tante
saya kalau liburan di Surabaya. Bahkan di musim hujan seperti ini Surabaya
masih sangat panas. Kontras sekali keadaannya saat saya masuk ke lab di kampus
atau di kost-kostan teman saya yang full AC, yang dinginnya suka berlebihan. Kenyataannya,
semakin banyak ruangan dingin ber-AC, itu artinya di luar akan semakin panas.
Sebenarnya saya takut bumi ini
semakin panas, semakin rusak, tapi saya sendiri mengakui bahwa terkadang saya
masih butuh AC, kulkas, kendaraan bermotor, dan semua yang membuat bumi ini
semakin tidak nyaman. Mungkin sedikit tidak mungkin kalau kita harus
meninggalkan semua itu, yang mungkin adalah menggunakannya dengan tepat. Saya masih
ingat sekali kata-kata Dewi, teman kost saya dulu, untuk tidak membuka kulkas
lama-lama karena ternyata dibutuhkan energi lebih untuk mendinginkan kembali
kulkas yang terbuka terlalu lama. Mengutip juga dari perkataan dosen saya, Bu Maria,
bahwa bepergian dengan sepeda adalah salah satu cara untuk menyehatkan badan dan
lingkungan kita.
Dulu saya berpikir itu hal yang
sangat kecil dan mungkin tidak akan berpengaruh apa-apa. Namun, hal kecil itu
akan berdampak besar jika banyak orang mulai melakukannya, bukan? Dimulai dari
diri sendiri, dan dimulai dari sekarang. Saya sendiri juga masih mencoba,
sedikit demi sedikit, meskipun saya masih sering lupa mematikan lampu kalau
keluar kamar, masih suka pakai kantong plastik berlebihan, masih suka beli aqua
botol kalau bepergian. Terima kasih buat Adik Ajung yang sudah menghadiahi saya sebuah tumbler unyu berwarna hitam dan biru
yang sedikit menyadarkan saya, meskipun kakakmu ini tahu niatmu tak sesuci itu.
Hahaha.
Taman Lansia, salah satu tempat berteduh saya di Surabaya |
"Saya masih berharap saya bisa duduk-duduk di bawah pohon di taman kota Surabaya 50 tahun lagi.."