Wednesday, March 5, 2014

Belajar tentang Teori Usia

"Seorang filsuf Yunani pernah menulis... Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."
Soe Hok Gie, dalam Catatan Seorang Demonstran.

Entah saya harus setuju atau tidak dengan pendapat Gie. Saya tidak tahu saya akan sesombong apa jika saya masih bernafas sampai 4 dekade lagi. Mungkin saya hanya bisa menumpuk dosa. Atau mungkin saya menjadi orang yang beruntung bisa hidup berdampingan dengan orang-orang yang sangat baik. Saya bahkan tidak berani untuk membuat sebuah prediksi.

Saya beranggapan bahwa setiap orang memiliki usia yang sempurna untuk hidup mereka masing-masing. Saya sedikit risih mendengar pernyataan bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, seakan hidup ini begitu menyeramkan. Bukan begitu? Entahlah, tapi bagi saya, duduk di pinggiran pantai saat senja itu menyenangkan, berebut makanan dengan teman-teman sepermainan itu seru, dan tertawa bersama ayah ibu saat sore adalah hal yang tidak pernah membosankan. Meskipun tidak semua bisa semanis itu, paling tidak ada banyak alasan bagi saya untuk tetap memperjuangkan hidup.
***

Hari ini saya genap berusia 24 tahun, usia yang sedikit membosankan menurut saya. Haha. Kabar gembiranya, saya masih dikelilingi orang-orang yang menyenangkan. Saya tidak peduli seberapa banyak yang saya terima dari mereka, tapi saya menghitung dengan jeli berapa waktu yang mereka habiskan untuk saya. Dan, yang paling bisa memacu endorfin adalah ketika melihat keringat mereka mengalir demi membuat saya tertawa. Benar-benar, sudah mati rasa kalau saya tidak suka.

Mungkin saya tidak sengaja menjadi orang yang egois, membiarkan teman-teman saya sibuk untuk hari ini yang menurut saya tidak penting. Namun, paling tidak saya bisa belajar banyak. Belajar menghargai orang-orang di sekitar saya. Belajar bersyukur atas "kesialan" saya jauh dari keluarga. Belajar mensyukuri setiap detik yang diberikan kepada saya untuk melihat, mendengar, dan bernafas.
Ah, saya benci mengatakan ini, tapi sungguh, "Ayah, Ibu, aku tidak sabar ingin mengenalkan kepada kalian saudara-saudara baruku yang ada di sini."

"Mungkin saya sedikit setuju dengan tulisan Soe Hok Gie (anggaplah hanya karena saya mengagumi sosoknya), tapi di luar kemampuan nalar manusia, Tuhan pasti punya banyak alasan atas sebuah usia"