Thursday, June 27, 2013

Happy 23rd Birthday, Rayung!

"Sudah 23 tahun, Yung. Bagaimana rasanya? Ada yang spesial? Hm, mungkin hampir sama denganku, tak ada yang spesial dengan ulang tahun ketiga saat usia berkepala dua ini. Hahaha. Hanya jatah hidup kita yang semakin berkurang, tapi paling tidak di hari ini akan ada banyak doa baik menyertaimu, kan. :)"

Awina Rayungsista


Awina Rayung di usia 23 ini, masih sama seperti Rayung yang pertama saya kenal sepuluh tahun lalu. Masih dengan rambutnya yang pendek, dengan tingkahnya yang tidak tahu malu, dan masih dengan kebiasaannya mengolok-olok dirinya sendiri. Penampilannya yang cuek, tomboi, dan sederhana ini memang sudah melekat sejak SD. Menurutnya itu yang paling nyaman. Kalau sudah menyentuh tentang selera, apapun sudah tidak bisa diperdebatkan.

Rayung adalah teman baik saya sejak SMP. Meskipun bentuknya seperti preman, tapi hatinya sangat baik. Salah satu sifatnya yang paling saya suka adalah keinginan dan kesediaannya yang cukup besar untuk membahagiakan teman dengan makan bersama tanpa harus mengeluarkan uang. Em, atau mungkin saya menyebutnya dengan "hobi menraktir".

Saya belajar banyak dari seorang Rayung, terutama tentang kesederhanaan dan kepedulian. Rayung yang sudah menjadi teman baik saya sejak lama, sedikit banyak telah menularkan sifat-sifatnya pada saya, termasuk kejayusannya. Hahaha. Meskipun banyak hal dari kami yang tidak selaras, tapi sampai saat ini saya masih betah untuk berkawan baik dengannya. Rayung yang sering memberikan saya tumpangan ke sekolah saat SMA, Rayung yang menjadi teman bolos les saya, Rayung yang mau diajak melakukan hal-hal tidak penting, Rayung yang bersedia meminjami saya uang dan barang setiap saat (sudah sadar kah kau Rayung kenapa aku mau berteman denganmu? Hahaha).

Saya ingat jelas catatan-catatan saya tentang seorang Rayung: orang yang sangat menyukai kulit ayam dan durian, orang yang sering menggerutu pada tukang parkir dan supir bemo, orang dengan reflek yang berlebihan, orang yang sangat suka menolong, dan orang yang selalu bisa menjadi dirinya sendiri. Dia satu-satunya kawan yang selalu menegur saya di setiap tindakan saya yang salah. Dia yang bersama-sama saya menggembel di Plaza Surabaya untuk membeli 2 paket Hokben hanya dengan celana pendek dan kaus tidur. Dia yang mempunyai obsesi sama dengan saya untuk mencoba takjil-takjil gratis di banyak masjid di Surabaya. Dia juga yang mau bersama saya berkeliling kota memasuki Indomaret satu per satu hanya untuk mendapatkan sebuah Pulpy Orange yang baru saja di-launching.

Selamat ulang tahun, Rayung. Semoga menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa, dan agama. Semoga dilancarkan dalam segala hal. Semoga selalu sehat dan dilindungi oleh-Nya. Semoga bisa mencapai semua cita, menjadi dokter yang mulia, dan memiliki lahan parkir yang sangat luas..

Friday, June 21, 2013

Adelaide Sky

Adhitia sofyan emang jagoan kalau bikin lagu yang menurut saya sederhana, tapi adiktif. Kata laki-laki penggemar krupuk ini, semua lagu-lagunya ditulis di dalam kamar tidurnya. Pantesan lagunya banyak yang galau ya, Mas. Hahaha. Beberapa tahun lalu Adelaide sky ini menjadi salah satu lagu pengantar tidur favorit saya, dan sekarang akan hadir lagi di playlist saya :)


 

Thursday, June 13, 2013

23 Tahun

Semakin lama saya merasa terintimidasi dengan segala komentar orang-orang terdekat saya tentang sifat dan penampilan saya. Saya sudah 23 tahun, dan saya masih suka bermain, nongkrong di malam hari, dan melakukan hal-hal tidak penting untuk usia saya. Saya masih dengan kaus-kaus oblong saya, celana jins, serta dengan sepatu sneakers atau sekedar sandal jepit tipis yang melapisi telapak kaki saya. Saya masih dengan suara tertawa yang tidak lirih dan kadar guyonan yang masih sangat tinggi.

Ibu saya selalu menghela nafas panjang setiap saya memamerkan sepatu kets baru. Ibu selalu menggelengkan kepala setiap saya keluar rumah hanya bercelana pendek dengan atasan kaus kusam. Dan ibu selalu menggerutu setiap saya pulang dengan kulit yang semakin menghitam karena terlalu sering berada di luar saat matahari terik. Di saat-saat tertentu saya sudah mencoba memakai sepatu perempuan pada umumnya, dan hasilnya, pernah kaki saya sampai lecet saat harus mengenakannya seharian, bahkan dengan sepatu yang tidak murah yang kata orang nyaman dipakai. Mungkin anatomi kaki saya tidak seperti perempuan pada umumnya, atau mungkin hati saya yang tidak sepenuhnya rela untuk sekedar mengenakan sepatu wanita. Entahlah, yang pasti saya merasa sangat tidak nyaman dengan sepatu-sepatu itu.

Dengan banyaknya nasehat teman-teman terdekat, sindiran saudara-saudara sepupu, dan tentu saja helaan nafas panjang ibu, sedikit banyak mendorong saya untuk berubah. Saya baru menyadari bahwa mencoba hal baru ternyata tidak selalu menarik. Terlebih saat harus mencoba hal yang tidak kita inginkan. Mungkin hanya butuh sedikit melapangkan hati, menurunkan taraf egoisme, dan menengok sisi positifnya.

 "Banyak yang menganggap bahwa saya malas berubah dan selalu mengabaikan pendapat orang, keras kepala dan tidak pernah mau mencoba. Tapi menurut saya tidak, saya memang keras kepala, tapi saat ini saya sedang mencoba."