Desember itu basah. Hujan turun hampir di setiap harinya, seringkali mengacak-acak rencana yang sudah disusun rapi, kadang bisa membuat saya terjebak di kostan dengan perut yang lapar, dan sering membuat saya flu di saat akan menghadapi ujian.Sebenarnya hanya kebetulan, saya menyukai bulan Desember. Kebetulan saya sering jalan-jalan di bulan ini. Kebetulan saya lebih banyak makan di bulan ini. Dan kebetulan saya bertemu dengan banyak orang di bulan penghujung tahun ini. Baiklah, Desember memang sedikit menyebalkan dengan intensitas hujannya yang kurang sopan. Namun, karena hujan, saya jadi bisa menikmati saat-saat terjebak di kedai kopi semalaman bersama kawan-kawan. Hujan yang membuat saya ketagihan mi rebus warung kaki lima di jalanan Surabaya. Hujan pula yang membuat saya betah duduk manis di dalam rumah bersama keluarga ditemani sepiring penuh pisang goreng hangat buatan ibu.
Di bulan Desember, alih-alih membuat resolusi menjelang tahun baru, saya lebih sering berjalan ke belakang mengingat hal-hal menarik setahun ini. Saya suka mengingat saat-saat mengemper bersama teman-teman di warung lesehan ronde pinggir jalan untuk menghabiskan malam. Saya juga masih ingat bagaimana rasanya diobrak-abrik dan diusir satpam karena terlalu sering menginap di kampus, masih ingat rasanya menggembel bersama banci di Monas, masih ingat saat terdampar malam-malam di Pasuruan menunggu bis antarkota, juga ingat kejadian-kejadian nyasar yang rutin terjadi. Masih jelas di memori saya saat nyasar ke sebuah pantai yang tidak jelas wujudnya di Pulau Madura bersama salah seorang kawan. Di sana kami hanya berjalan dan makan banyak gorengan di sebuah warung milik seorang nenek penduduk asli. Setelah lama berbincang bersama pemilik warung -yang hampir 80% saya tidak mengerti bahasanya-, kami pulang dengan meraba-raba arah mencari jalan pulang.
Di Desember ini, seperti sudah mempunyai ritme, saya masih dengan aktifitas yang hampir sama dengan bulan sebelumnya. Bangun pagi, berangkat, pulang, berjalan-jalan sore tanpa tujuan di sekitar komplek, memasak, dan istirahat. Selingan hanya ada di akhir pekan dengan berenang, berolahraga, membaca buku perjalanan yang baru saya beli di sebuah kios buku bekas, dan jalan-jalan ke tempat yang itu-itu saja. Bahkan Palembang yang sekecil ini belum sepenuhnya saya jelajahi. Saya sampai bingung apa yang sebenarnya sedang saya inginkan.
Desember kali ini, menjadi saksi metamorfosa saya menjadi orang "baik-baik", yang punya hidup lebih teratur. Tapi, kenapa saya justru merasa tidak nyaman ya? Ah, saya akan mencoba bersikap tak acuh. Sambil ditemani secangkir milo panas di sore ini, saya bernyanyi mengikuti lagu milik Taylor Swift dengan lirik ala saya yang lebih banyak ngawur.
"I go back to December, turn around and make it alright
I go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time, all the time..."
No comments:
Post a Comment