Sore lalu, saya mencoba membuat oseng kangkung seperti yang biasa dimasak oleh ibu saya. Bentuk dan warnanya hampir sama. Hanya saja rasanya sedikit berbeda. Hm, mungkin kurang garam.
Lalu saya mencoba membuat pisang goreng. Meletakkan sepiring pisang goreng hangat di lantai untuk dimakan bersama. Di depan tivi, dengan topik bahasan seputar kucing, makanan, dan tetangga sebelah. Menduplikasi apa yang biasa saya lakukan di rumah bersama adik. Sepiring pisang goreng hangat, sukses mengganjal perut saya yang belum terisi sejak siang. Tapi seperti sedikit pahit, mungkin pisangnya terlalu masak.
Saya mencoba duduk di ruang tengah, di samping teman dekat saya. Kemudian saya banyak bercerita tentang mimpi dan masa lalu, sama seperti cerita saya pada ayah. Saya banyak bicara, si kawan masih terus menyimak. Kami terbahak, lalu selesai. Saya seperti kehabisan cerita. Hm, mungkin ada yang terlewat dari cerita saya.
Saya berada di dalam tempat dengan pintu kayu yang sama, jendela kaca yang serupa, dan lantai yang sama dinginnya. Bahkan saya memasang hiasan dinding yang sama dengan di rumah. Apa yang masih kurang? Mungkin saya belum mendapat aroma rumah. Lalu saya mengganti pewangi ruangan dengan wangi kesukaan ibu saya. Belum berhasil. Saya menyerah.
Saya mencoba menjawab teka-teki lain tentang teras rumah, kudapan sore, dan rumput basah di halaman. Saya berpura-pura tidak tahu dan mulai mencoba untuk tidur. Berharap besok pagi saya bangun dan menemui bahwa saya sudah menamai tempat ini, Rumah.
"Kalau hati mulai sering meracau tidak jelas, emosi mulai mudah tersulut, dan perasaan tenang mulai jarang menghampiri, sepertinya sudah saatnya untuk pulang.."
No comments:
Post a Comment