Yona adalah salah satu teman saya yang rajin mengecek status apakah-saya-kangen-dengan-dia-atau-tidak. Pertanyaan itu yang selalu pertama muncul di setiap pesan Whatsapp yang dia kirimkan ke saya. Yona yang kini bekerja di salah satu BUMN bonafit di Indonesia, adalah adik tingkat saya saat kuliah. Salah satu makhluk Tuhan sejenis manusia ini memang tidak biasa. Konteks "tidak biasa" di sini lebih baik tidak diterjemahkan dalam bentuk positif. Yona yang saya kenal adalah orang yang tidak berurat malu, sering memberatkan hidup saya, dan selalu mengotori pikiran saya saat saya ingin berpikir bersih. Baiklah, Yona memang tidak "sekotor" itu. IPK Yona saat kuliah sangat tinggi untuk ukuran mahasiswa kurang normal seperti dia. Dia adalah seorang pemikir yang kritis dan berlogika cerdas, bisa dilihat dari lawakan-lawakannya yang genial. Dalam kamusnya, usaha adalah kosakata yang ada di halaman paling depan. Ya, Yona adalah seorang pekerja keras, bukan seorang pemalas yang banyak membuang waktunya begitu saja. Namun, di dalam sifatnya yang kuat, dia masihlah seorang anak mama yang manja.
Yona bercita-cita ingin bekerja rapi di kantor yang full AC dengan meja kerja yang sangat nyaman. Dasar anak manja. Sekarang sudah tercapai kan, Yon? Hidup nyaman dan bisa membahagiakan orang tua. Tersisa 1 poin dalam daftar keinginannya yang belum tercentang, mencari istri yang bukan seorang sarjana teknik. Takut kalah gengsi jika si istri bekerja di pengilangan minyak sedangkan dia bekerja di ruangan kantor berpendingin ruangan.
Kalau menyebut nama Yona, saya selalu teringat kost-kostan sempitnya di daerah Kuningan dan juga pecel lele enak langganannya. Saya dan salah satu teman Yona, Rangga, sudah 2 kali merasakan paket jamuan ala Yona, menginap di kostannya dan makan pagi-siang-malam di warung pecel lele. Yona yang notabene pertama kali hidup jauh dari rumah, belum terbiasa dengan makanan-makanan jalanan di Jakarta. Jadilah pecel lele tersebut menjadi alternatif menu makan favoritnya selain mie instan.
"Terima kasih sudah memperbolehkan saya mengkudeta kamar dan mengusirmu ke lantai atas di setiap kunjungan saya. Tunggu kedatangan saya di Jakarta. Karena kantongmu sudah tebal, saya sudah tidak ingin ditraktir pecel lele dan menginap di kostan yang dulu. Hahaha."
(Entah kenapa postingan saya akhir-akhir ini lebih banyak bercerita tentang kawan lama. Bukan berarti saya bosan dengan teman-teman baru. Mungkin saya terjangkit sindrom rindu kawan lama, atau mungkin saya butuh me-refresh memori lama saya, atau mungkin saya ingin berkumpul dengan kawan lama untuk menceritakan teman-teman baru saya? Hm, yang jelas saya sedang kangen Surabaya dan kawan lama.)
wahahaha.,..kok isok gawe jenengku sih..aku kan minta disamarkan saja nama saya mbaak..hahahaaha
ReplyDeleteWani piro?
ReplyDelete"Ribut" memang benar-benar nama tengahmu ya Yon. Aku baru sadar. Hahaha.
hahaha..ribut sekedar nama bae lahh...:) mari mampir ke rumah sayaa kaakaaa....
ReplyDeleteHallo... tolong balas kak
Delete